Tips Menghemat Biaya Konstruksi dengan Pemilihan Material yang Tepat

Membangun rumah, gudang, ruko, atau proyek lainnya membutuhkan perencanaan yang matang, terutama dalam hal biaya material konstruksi. Faktanya, komponen biaya material bisa mencapai 50–60% dari total anggaran proyek. Kesalahan dalam memilih bahan bisa membuat anggaran membengkak, bahkan kualitas bangunan menjadi tidak maksimal.

Agar hal tersebut tidak terjadi, berikut adalah tips menghemat biaya konstruksi melalui pemilihan material yang tepat tanpa mengorbankan kekuatan dan kualitas bangunan.

1. Pahami Kebutuhan Proyek Sejak Awal

• Sebelum membeli material, pahami dulu jenis bangunan dan kebutuhan strukturnya. Misalnya:

• Rumah tinggal 1 lantai tidak membutuhkan besi WF atau H-Beam yang mahal, cukup besi beton sesuai standar.

• Gudang atau pabrik besar memerlukan rangka baja (WF, H-Beam, atau Hollow Galvanis) agar kokoh.

Untuk atap ringan, baja ringan lebih efisien dibanding kayu yang rawan rayap.

Dengan memahami fungsi, Anda bisa menghindari pembelian material yang berlebihan atau tidak sesuai kebutuhan.

2. Pilih Material dengan Perbandingan Kualitas vs Harga

Harga murah bukan berarti lebih hemat. Pilihlah material dengan kualitas baik dan sesuai standar SNI, karena material berkualitas rendah bisa menyebabkan biaya perbaikan lebih tinggi di kemudian hari.

Contoh perbandingan:

• Besi Beton: pilih yang berstandar SNI agar ukuran dan kekuatannya sesuai. Besi beton non-SNI biasanya lebih murah, tetapi diameter tidak presisi sehingga volume kebutuhan meningkat.

• Baja Ringan vs Kayu: baja ringan memang sedikit lebih mahal, tetapi awet hingga 20 tahun lebih tanpa biaya perawatan (anti rayap, anti lapuk). Kayu mungkin lebih murah di awal, tapi butuh perawatan ekstra.

• Atap Spandek vs Genteng Beton: spandek lebih ringan sehingga rangka atap bisa lebih hemat, meski harga per meter lebih mahal.

Fokus pada value for money, bukan sekadar harga awal.

3. Pertimbangkan Material Alternatif

Banyak material konstruksi modern yang lebih efisien dibanding material konvensional.

Beberapa contohnya:

• Bondek (floor deck) sebagai pengganti bekisting kayu → lebih cepat, kuat, dan tidak perlu bongkar pasang.

• Wiremesh untuk tulangan → lebih cepat dipasang daripada besi potong dan ikat manual.

• Hollow Galvalum untuk plafon dan partisi → lebih rapi, ringan, dan anti karat dibanding kayu balok kecil.

• Reng Baja Ringan → pengganti reng kayu yang rawan melengkung.

Dengan material alternatif, pengerjaan lebih cepat, tenaga kerja lebih sedikit, dan biaya jangka panjang lebih hemat.

4. Hitung Kebutuhan Material dengan Tepat

Salah satu penyebab pemborosan terbesar adalah pembelian material berlebih.

Tips agar lebih hemat:

• Gunakan RAB (Rencana Anggaran Biaya) sebelum memulai proyek.

• Konsultasikan dengan kontraktor/arsitek untuk perhitungan material.

• Tambahkan cadangan 5–10% untuk mengantisipasi kesalahan potong atau kerusakan.

Contoh:

Jika atap rumah membutuhkan 1.000 lembar genteng, jangan membeli 1.200 lembar hanya karena “takut kurang”. Perhitungan yang tepat akan menghindari biaya mengendap.

5. Beli Material dalam Jumlah Besar (Borongan)

Harga material biasanya lebih murah jika dibeli dalam jumlah besar. Banyak supplier memberikan diskon grosir atau harga proyek.

Misalnya:

• Membeli besi beton 1 ton akan lebih murah per kilogram dibanding membeli 10 batang saja.

• Pembelian semen dalam 100 sak lebih hemat dibanding beli eceran per 5 sak.

Untuk proyek skala besar, sebaiknya langsung bekerja sama dengan distributor/toko besi agar mendapat harga terbaik.

6. Perhatikan Faktor Lokasi dan Transportasi

Sering kali, biaya membengkak bukan karena harga material, tapi karena biaya pengiriman.

• Pilih toko material yang dekat dengan lokasi proyek.

• Hitung apakah lebih hemat membeli material sedikit lebih mahal di toko dekat, dibanding material murah tetapi ongkos kirim tinggi.

• Untuk material berat (besi, semen, pasir), ongkos transportasi sangat berpengaruh.

7. Gunakan Material Ramah Lingkungan dan Daur Ulang

Beberapa material daur ulang bisa menekan biaya konstruksi tanpa mengurangi kualitas, seperti:

• Baja/besi bekas proyek yang masih layak.

• Kayu bekas bongkaran yang bisa digunakan untuk bekisting sementara.

• Bata ringan (hebel) yang lebih efisien dan hemat perekat dibanding bata merah.

Selain hemat biaya, juga lebih ramah lingkungan.

8. Bandingkan Harga dari Beberapa Supplier

Jangan langsung membeli di satu toko. Lakukan survei harga:

• Cek harga dari minimal 2–3 supplier.

 •Tanyakan apakah ada diskon proyek atau kerja sama jangka panjang.

• Manfaatkan informasi harga online (toko material, marketplace, atau grup proyek).

Kesimpulan

Menghemat biaya konstruksi bukan berarti memilih material paling murah, tetapi memilih material yang tepat sesuai kebutuhan, berkualitas, efisien dalam pemasangan, dan tahan lama.